Welcome in my blog

Welcome in my blog

Sabtu, 02 Juni 2012

Masih “akan” cinta INDONESIA




Apa sih yang kalian tahu tentang INDONESIA?
Hari kemerdekaan?
Nama presiden dan wakil presidennya?
Lagu kebangsaan?
Nama kota dan daerahnya?
Kebudayaan khas?
Atau mungkin kalian hafal dengan nama pahlawan?
Kalau INDONESIA itu apa?
Negara kepulauankah?
Apa sih kelebihan dari negara kepulauan ini?
Banyak pulau?
Banyak sumber daya mineral?
Atau karena beranekaragamnya flora dan fauna disini?
Hmm, apa itu disebut kelebihan?
Kalau banyaknya pulau, banyaknya sumber daya manusia, dan beranekaragamnya flora dan fauna di INDONESIA, berarti INDONESIA kaya dong?
Kalau INDONESIA kaya, kok rakyatnya masih TIDAK sejahtera?
Apakah dari sekian pertanyaan saya itu, kalian bisa menjawab semua?
Mungkin tidak, mungkin juga ya!
Memang, akan begitu banyak pertanyaan yang bisa kita lontarkan kepada Ibu Pertiwi tercinta ini. Namun, siapakah yang akan bertanggung jawab dalam hal menjawab pertanyaan itu?
Pemerintah?
Elit politik?
Atau rakyat jelata yang belum sejahtera?

Nusantara kita begitu luas, lebih luas dari negara tetangga-Malaysia, Brunei, Singapura & Timor Leste-bahkan. Tapi, apakah itu dapat menjadi alasan pemerintah tidak sanggup mensejahterakan rakyat?
INDONESIA bukan hanya Jakarta.
Ingat! Masih banyak daerah khususnya diperbatasan (daerah terluar) yang masih mengibarkan bendera merah putih.
Jakarta memang ibukota INDONESIA.
Tapi, bisa dilihat betapa memalukannya ibukota itu.
Banjir, sampah, air sungai yang keruh dan berbau, permukiman padat penduduk, serta pengemis merupakan pemandangan yang pasti tidak sedap dipandang oleh para pelancong luar negeri.
Jangankan untuk memperhatikan daerah perbatasan, untuk mempercantik ibukota saja SANG PEJABAT tidak ada yang mampu!

Dalam hal fasilitas misalnya, orang-orang yang mengatakan dirinya “wakil rakyat” berbondong-bondong memperbaiki rumah mereka di Senayan, dari kursi, televisi, meja dan lampu.
Hhm! padahal, rumah-rumah rakyat yang katanya “mereka wakili” masih pada bocor atapnya, dinding berkayu yang sudah dimakan rayap, kursi yang hanya diwakili dengan sealas tikar, dan lampu yang Cuma diterangi dari sebatang lilin.
Ditambah lagi jika ada jembatan rusak, pelajar yang ingin menuntut ilmu harus bertaruh nyawa diatas seutas tali, sedangkan wakilnya berebut untuk membangun parkiran yang mereka bilang masih kurang.
Dalam bentuk hukuman, para rakyat kecil yang tidak memiliki uang dan kekuasaan harus menderita akibat kekhilafan kecil.
Hanya karena mengambil “sendal yang tidak bertuan”, kena pidana. Makan pisang di kebun pisang yang dijaga, harus diperkara dan dituduh mencuri piring pun lebih parah dihukum daripada para tikus pencuri uang dengan nyata. Belum lagi kasus-kasus yang sebenarnya tidak patut untuk dipermasalahkan masih tetap dipersidangkan oleh ELIT yang katanya menegakan hukum.

Belum puas menyakiti hati, keputusan mereka harus kita terima dengan susah hati. Rumah mereka di Senayan ternyata toiletnya harus diperbaiki, pengharum ruangan pun harus diganti, dan kalender baru dicetak dengan rapi.
Biaya yang dilucuti mereka ambil dengan sesuka hati, sepertinya mereka tak mengerti bahwa rakyat sedang bersedih.
Rakyat memang banyak yang masih berduka, korban lumpur LAPINDO yang sampai saat ini masih mempertanyakan nasib rumah, lahan, dan kegiatan perekonomian mereka yang hancur akibat lumpur. Ditambah mereka yang berada di daerah rawan konflik, seperti pada konflik Bima dan Mesuji, warga harus waspada selalu untuk menghindar dari baku tembak dan bentrok. Belum lagi warga yang berada di kawasan siaga bencana, perhatian moral dan materil dari pemerintah setempat dan pusat pasti dibutuhkan. Namun apa daya, rakyat hanya bisa bersuara. Walaupun suara rakyat tidak pernah mau didengarkan wakil-wakil mereka.

Jika para ELIT PEMERINTAHAN dapat melihat rakyat diluar senayan, apakah rakyat yang masih banyak yang mengemis, merampok, mengamen, menjual asongan, menjadi pemulung, dan bahkan menghabisi nyawa sendiri dapat menggerakkan hati mereka untuk TIDAK KORUPSI?
Tidak adil memang, INDONESIA yang merupakan paru-paru dunia ini harus memilliki rakyat yang masih terjajah. Bukan terjajah oleh perang dan tembakan-tembakan negara asing. Tapi rakyat terjajah oleh koruptor-koruptor dalam negeri yang tak punya hati. Korban berhamburan diluar  senayan, bukan korban yang mati ditempat karena ditembak atau dibunuh secara langsung, tapi korban yang mati secara perlahan akibat kurangnya makanan, kesehatan yang susah didapat dan tempat hidup yang layak akibat tidak punya UANG.
Sudah bukan hal aneh mendengar tangisan anak kecil yang kelaparan diujung negeri, melihat orang-orang lanjut usia bertahan hidup dengan mengais sampah ditengah ibukota negeri, dan juga menyaksikan kekerasan antarsuku didalam negeri.
Hal itu karena, Pemerintah, penegak hukum, dan pengadil hanya mementingkan diri sendiri! Pergerakan mereka untuk mengatasi semua permasalahan sangat lambat!

Dan pada akhirnya, rakyat hanya bisa menghela nafas. Rakyat hanya bisa menyaksikan para wakil mereka bersenang-senang dengan keputusan mencengangkan didalam senayan. Jika protes juga tidak ada guna. Didengar pun hanya sebentar, perbaikkan citra yang mereka lakukan. INDONESIA memang negara kaya, generasi muda yang menjadi tulang punggung negara harus bekerja keras. Generasi muda harus membangun akhlak yang baik untuk menghancurkan para koruptor didalam negeri. Kerjasama antarmasyarakat dan lembaga sosial dibutuhkan agar menciptakan negara benar-benar sejahtera. Sejahtera dalam hal kehidupan sosial dan kehidupan politik serta agama. Harapan rakyat  hanya satu, dapat hidup layak di negara yang masih “akan” dicintai ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar