Welcome in my blog

Welcome in my blog

Sabtu, 02 Juni 2012

Jamur akar putih


Rigidoporus lignosus (Jamur Akar Putih)
Klasifikasi
Kingdom         : Fungi
Divisio             : Mycetaceae
Sub Divisio     : Amestigomycots
Kelas               : Basidiomycetes
Ordo                : Homobasidiomycetes
Famili              : Polyperales
Genus              : Rigidoporus
Spesies            : Rigidoporus microporus (Swartz: Fr.) Van overeem atau
                          Rigidoporus lignosus (Klotzsch)
Morfologi
Jamur akar putih (JAP) membentuk tubuhnya seperti kipas tebal dengan warna dipermukaan atasnya berwarna cokelat kekuning-kuningan pucat dan permukaan bawahnya berwarna cokelat kemerahan. Struktur serat memiliki tebal 2,8 – 4,5 μm dengan tepi agak tipis dan berwarna kuning  putih. Sifat JAP agak berkayu dengan zona pertumbuhan sesuai dengan sekat yang tebal. Lignosus atau Rigidoporus microporus jamur yang bersifat parasit fakultatif, artinya dapat hidup sebagai saprofit yang kemudian menjadi parasit. Jamur lignosus atau Rigidoporus microporus tidak dapat bertahan hidup apabila tidak ada sumber makanan. Bila belum ada inang jamur ini bertahan di sisa-sisa tunggul (Liyanage, 1976).
Faktor yang mempengaruhi perkembangan penyakit JAP yaitu tanah yang gembur dan bersifat netral (pH 6 – 7) dengan suhu lebih dari 20oC. Begitupun saat musim hujan, jamur akan cepat berkembang dengan baik. Rigidoporus lignosus atau Rigidoporus microporus dapat tumbuh baik pada kelembapan diatas 90%, kandungan bahan organik tinggi serta aerasi yang baik. Apabila kondisi isesuai dengan faktor tersebut, patogen dapat menjalar sejauh 30 cm dalam waktu 2 minggu.
Deskripsi
Penyakit jamur akar putih disebabkan oleh Rigidoporus lignosus atau Rigidoporus microporus yang menyerang akar tunggang. Pada permukaan akar yang sakit, terdapat benang-benang miselium jamur (Rizomorf) berwarna putih menjalar di sepanjang akar. Di sini benang-benang meluas atau bercabang seperti jala.  Apabila leher akar tanaman yang terserang dibuka, akan tampak rizomorf jamur berwarna putih, baik diakar tunggang ataupun di akar lateral. Akar- akar tersebut akan busuk dan tanaman akan mati.Rigidoporus lignosus atau Rigidoporus microporus membentuk badan yang mirip topi dengan spora disebarkan oleh angin yang akan jatuh dan berubah menjadi koloni (Sinulingga, 1989).
  Pada tanaman muda, gejalanya mirip dengan tanaman yang mengalami kekeringan. Daun-daun berwarna hijau kusam dan lebih tebal dari yang normal. Daun tersebut akhirnya menjadi cokelat dan mengering. Penyebaran JAP yang paling efektif yaitu melalui kontak akar. Apabila akar-akar tanaman sehat saling bersinggungan dengan akar tanaman karet yang sakit, maka rizomorf JAP akan menjalar pada tanaman yang sehat kemudian menuju leher akar dan selanjutnya menginfeksi akar lateral lainnya. Tanaman yang terinfeksi ini akan menjadi sumber infeksi pada tanaman jirannya, sehingga perkembangan penyakit semakin lama semakin meluas (Sujatno, 2007).

Gejala
1.      Tanaman mati mendadak seperti tersiram air panas
2.      Daun berwarna hijau gelap dan kusam serta keriput, dengan permukaan daun menelungkup
3.      Terbentuk buah lebih awal pada tanaman muda yang seharusnya bukan waktu yang tepat untuk berbuah dengan tajuk tipis
4.      Akar membusuk, lunak dan berwarna cokelat
5.      Jika sistem perakaran dibuka, maka akan terlihat benang-benang berwarna putih kekuning-kuningan yang menyerupai akar rambut yang menempel kuat pada akar
Pengendalian
            Menurut Semangun (2000), pengendalian dapat dibagi menjadi dua kelompok kegiatan, yaitu:
·         Membersikan sumber infeksi, sebelum dan sesudah penanaman karet : Penanaman bibit dilapangan diusahakan bukan bibit yang sudah terserang JAP. Bibit bebas JAP ini didapatkan pada saat penyeleksian bibit yang akan ditanam dari pembibitan, karena bibit yang sakit dapat menjadi sumber infeksi di kebun. Infeksi pada bibit dapat dikurangi dengan cara pemberian belerang cirrus sebanyak 250 kg per ha pembibitan atau ditaburkan diantara barisan tanaman pada waktu bibit berumur 2 bulan (Semangun, 2000).
·         Mencegah meluasnya penyakit dalam kebun : Pegendalian jamur akar putih sebaiknya dilakukan dengan kombinasi antara cara kimia dan cara biologis, walaupun cara kimia menunjukkan hasil yang lebih efektif daripada biologis. Pada aplikasi per pohon, pengobatan secara kimia misalnya dengan pengaplikasian fungisida Bayleton dengan dosis 5 cc/L air. Dengan membuat parit isolasi agar campuran Bayleton tersebut dapat terserap ke dalam perakaran tanaman. Aplikasi berdasarkan umur tanaman dengan dosis 250 ml/pohon (umur <1 tahun), 500 ml/pohon (umur 2-3 tahun) dan 1000 ml/pohon (>3 tahun) (Ilahang,  2007).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar