BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Desa adalah suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk sebagai kesatuan masyarakat termasuk di dalamnya kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai organisasi pemerintahan terendah langsung dibawah camat dan berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sosiologi Pedesaan sebagai ilmu yang mempelajari tentang struktur sosial dan proses- proses sosial termasuk didalamnya perubahan sosial dalam perkembangannya melahirkan berbagai teori sosiologi dan berbagai cabang sosiologi. Obyek kajian yang berbeda selanjutnya menjadi cabang baru seperti sosiologi industri, sosiologi politik, sosiologi agama dan cabang sosiologi lainnya. Perkembangan ini juga termasuk sosiologi pedesaan sebagai cabang sosiologi yang khusus mengkaji masalah tentang masyarakat pedesaan dan dinamikanya. Desa merupakan suatu sistem sosial yang melakukan fungsi internal yaitu mengarah pada pengintegrasian komponen-komponennya sehingga keseluruhannya merupakan satu sistem yang bulat dan mantap. Sedangkan, fungsi eksternal dari sistem sosial antara lain proses-proses sosial dan tindakan-tindakan sistem tersebut akan menyesuaikan diri atau menanggulangi suatu situasi yang dihadapinya.
Masyarakat pedesaan sering disebut sebagai “rural community” sedang masyarakat perkotaan disebut sebagai “urban community”. Pembedaan tersebut didasari oleh perbedaan dalam berbagai aspek kehidupan masyarakatnya. Semakin sedikit kehidupan penduduk di desa ditandai oleh kegiatan pertanian, semakin pantas sosiologi pertanian dipisahkan dari sosiologi pedesaan. Dengan mempertimbangkan kasus-kasus di pedesaan Indonesia yang umumnya sektor pertanian masih relatif dominan baik sebagai sektor primer maupun sekunder, maka nampaknya dalam praktek agak sulit untuk membedakan secara tegas pokok bahasan dan agenda kajian tentang sosiologi pedesaan dan pertanian. Tumpang tindih dan saling terkait antara kedua pendekatan bidang sosiologi tersebut akan sangat mungkin terjadi di pedesaan Indonesia. Sosiologi pedesaan adalah sosiologi yang tentang struktur dan proses-proses sosial yang terjadi di pedesaan. Bidang kajian ini menekankan pada masyarakat pedesaan dan segala dinamikanya yang antara lain mencakup struktur sosial, proses sosial, mata pencaharian, pola perilaku, serta berbagai transformasi ilmu pengetahuan dan teknologi. Masyarakat desa adalah suatu kesatuan manusia yang bertempat tinggal di desa dan berinteraksi menurut kepastian ada istiadat tertentu yang bersifat continue.
Desa mempunyai ciri atau karakteristik yang berbeda satu sama lain, tergantung pada konteks ekologinya. Pengkajian masyarakat pedesaan memberikan ciri atau karakteristik yang cenderung sama tentang desa. Pada aspek politik, masyarakat desa cenderung berorientasi “ketokohan”, artinya peran-peran politik desa pada umumnya ditanggungjawabkan atau dipercayakan pada orang-orang yang ditokohkan dalam masyarakat. Secara ekonomi, mata pencaharian masyarakat desa berorientasi pada pertanian artinya sebagian besar masyarakat desa adalah petani. Sedangkan dalam konteks religi-kultural masyarakat desa memiliki ciri nilai komunal yang masih kuat dengan adanya guyub rukun, gotong royong dan nilai agama atau religi yang masih kuat dengan adanya ajengan atau Kyai sebagai pemuka agama. Secara historis, desa memerankan fungsi yang penting dalam politik, ekonomi dan sosial-budaya di Indonesia. Di sisi lain, pedesaan merupakan daerah yang dominan jumlahnya di Indonesia, dimana sebagian besar masyarakat Indonesia hidup di daerah pedesaan. Hal ini memberikan implikasi pada banyaknya program pembangunan yang diorientasikan pada masyarakat pedesaan.
Masyarakat desa di Indonesia identik dengan masyarakat agraris dengan mata pencaharian sektor pertanian, baik petani padi sawah (Jawa) maupun ladang berpindah (Luar Jawa). Selain itu, sejumlah karakteristik masyarakat desa yang terkait dengan etika dan budaya mereka, yang bersifat umum yang selama ini masih sering ditemui yaitu: sederhana, mudah curigai, menjunjung tinggi kekeluargaan, lugas, tertutup dalam hal keuangan, perasaan minder terhadap orang kota, menghargai orang lain, jika diberi janji akan selalu diingat, suka gotong royong, demokratis, religius. Kedudukan seorang dilihat dari berapa luasan tanah yang dimiliki. Masyarakat selalu dikaitkan dengan gambaran sekelompok manusia yang berada atau bertempat tinggal pada suatu kurun waktu tertentu. Pengertian ini menggambarkan adanya anggapan bahwa manusia tidak dapat dilepaskan dari faktor lingkungannya, baik yang bersifat fisik maupun sosial. Masyarakat mengutamakan hubungan pribadi antara warganya, dalam arti bahwa masyarakat desa cenderung saling mengenal bahkan seringkali merupakan ikatan kekerabatan yang berasal dari suatu keluarga “pembuka desa” tertentu yang merintis terbentuknya suatu masyarakat guyub.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah yang penulis uraikan, banyak permasalahan yang penulis dapatkan. Permasalahan tersebut antara lain :
1. Bagaimana hubungan masyarakat desa dengan adat istiadat ?
2. Apakah peran masyarakat desa dalam pembangunan desa sudah cukup baik ?
3. Mengapa desa sangat erat dengan kegiatan gotong royong ?
4. Siapa tokoh yang paling berpengaruh dalam kegiatan di desa ?
5. Dimana letak permasalahan yang paling menonjol pada suatu desa ?
C. Tujuan
Dengan adanya Praktek Lapangan Sosiologi Pedesaan di Belitang, Mahasiswa diharapkan mampu mengetahui kegiatan yang nyata dari sebuah desa. Selain itu, mahasiswa juga mampu untuk mempelajari kegiatan pembangunan apa saja yang dilakukan pada desa Swasembada ini (Belitang BK3).
BAB II
TINAJAUAN PUSTAKA
Desa adalah suatu kesatuan hukum dimana bertempat tinggal suatu masyarakat yang berkuasa mengadakan pemerintahan sendiri (Sutardjo Kartohadikusumo, 1999). Dalam teorinya, dikenal istilah Sosiologi Desa yang artinya suatu cabang sosiologi yang mempelajari gejala sosial di pedesaan (Smith dan Zopt, 1970). Sosiologi desa kemudian berkembang menjadi ilmu yang mengkaji hubungan anggota masyarakat di dalam dan antara kelompok kelompok di lingkungan pedesaan dan ilmu yang mempelajari fenomena masyarakat dalam setting pedesaan dan disebut sosiologi pedesaan (Rogers, 1980).
Dalam suatu desa, terdapat beberapa unsur yang mempengaruhi terbentuknya desa antara lain :
o Daerah (Tanah yang produktif, lokasi, luas dan batas yang merupakan lingkungan geografis)
o Penduduk (Jumlah penduduk, pertambahan penduduk, persebaran penduduk dan mata pencaharian penduduk)
o Tata Kehidupan (Pola tata pergaulan dan ikatan – ikatan pergaulan warga desa termasuk seluk beluk kehidupan masyarakat desa)
Namun, Maju mundurnya desa akan tergantung pada beberapa faktor lain yaitu : potensi desa, interaksi desa dengan kota atau antara desa dengan desa dan lokasi desa terhadap daerah disekitarnya yang lebih maju. Potensi desa itu sendiri dibagi menjadi dua kelompok seperti :
• Potensi fisik : Tanah, air, iklim, manusia, hutan
• Potensi nonfisik : gotong royong, kekeluargaan, lembaga sosial
Potensi desa tidak sama karena lingkungan geografis dan keadaan penduduknya berbeda dan corak kehidupannya juga berbeda. Dalam hubungan dengan kota desa merupakan Heterland atau daerah dukung yang berfungsi sebagai lumbung bahan mentah dan tenaga kerja. Desa juga terdiri dari desa agraris dan desa industri (Sutopo Yuwono, 2001).
BAB III
METODE PELAKSANAAN
A. Waktu
Praktek Lapangan Sosiologi Pedesaan dilaksanakan pada tanggal 21 – 23 Juni 2012, tempat praktek lapangan yaitu di desa Banyumas Asri, Belitang. Mahasiswa yang melakukan praktek lapangan tiba di desa tersebut pada pukul 18.15 WIB dan tinggal dirumah penduduk. Saya disini tergabung dengan kelompok 18 dan tinggal dirumah pak Soleh.
B. Tempat
Praktek Lapangan Sosiologi Pedesaan dilakukan di dusun III BK 3, desa Banyumas Asri kecamatan Buay Madang Timur Belitang.
C. Profil Desa
1. Data desa pemekaran
Nama Desa : Banyumas Asri
Kecamatan : Buay Madang Timur
Kabupaten : Ogan Komering Ulu Timur
Provinsi : Sumatera Selatan
Luas Wilayah : 150 ha
2. Data jumlah penduduk desa persiapan
No. Nama Dusun Jumlah KK Jumlah penduduk Jumlah
Laki – laki Perempuan
1. Banyumas Asri 185 293 491 978
2. Pekalongan 101 127 240 279
Jumlah 286 410 731 1347
3. Data sarana dan prasarana
No. Sarana dan prasarana Jumlah
1. Kantor desa/balai desa 1
2. Masjid 2
3. Mushola 1
4. Pos kamling 6
5. Tugu perempuan 1
6. TK 2
7. TPA 1
8. SD Muhamadiyah 1
9. Posyandu 1
10. Polindes 1
11. Penggilingan padi 2
12. Tempat Pemakaman Umum 1
13. Gudang KUD 1
14. Pondok GSI 1
4. Batas desa
o Utara : berbatasan dengan Kedung Rejo
o Selatan : berbatasan dengan Kumpul Rejo/Sumber Asri
o Timur : berbatasan dengan Tunggul Rejo (Kedu)
o Barat : berbatasan dengan Sumber Asri
BAB IV
PEMBAHASAN
Desa Banyumas Asri merupakan salah satu desa Swasembada yang terbentuk karena adanya transmigrasi masyarakat dari pulau Jawa pada tahun 1953. Pada tahun tersebut masyarakat menamai desa ini dengan desa Sumber Asri. Namun, pada tahun 2009 desa Sumber Asri mengalami pemekaran wilayah sehingga desa terbagi menjadi beberapa nama salah satunya desa Banyumas Asri.
Desa ini memiliki lembaga – lembaga sosial yang masih aktif dan sangat membantu proses pembangunan desa. Walaupun bantuan dari pemerintah agak lambat, tetapi karena sumbangan dari warga tidak pernah putus, sarana dan prasarana pun sedikit demi sedikit dapat dibangun di desa. Contoh lembaga sosial yang terdapat di desa Banyumas Asri (lembaga aktif dan non aktif) yaitu :
• PKK (pengajian ibu – ibu rumah tangga)
• Karang taruna (kegiatan pembangunan desa oleh para pemuda desa)
• Kencapir (kelompok penyuluhan dan pembantuan pupuk/bibit)
• Koperasi (kegiatan simpan pinjam untuk masyarakat pertanian)
• Kelompok tani
Kegiatan gotong royong didesa ini patut diacungkan jempol, hal itu karena kegiatan ini selalu dilakukan rutin pada hari minggu. Biasanya gotong royong dilakukan dengan memulai pembersihan pekarangan rumah kemudian dilanjutkan pembersihan desa secara keseluruhan. Begitupun dengan sisem pertaniannya, desa yang dulunya bernama desa Sumber Asri memiliki sisem milik sendiri dan sistem pegadaian. Jika yang dipakai sistem pegadaian, maka lahan sawah dirawat orang lain namun terjadi proses bagi hasil. Desa Banyumas Asri, mayoritas penduduknya bekerja sebagai petani. Jika sawah tinggal menunggu hasil panen, maka penduduk berubah pekerjaan menjadi peternak ataupun penyadap karet dan pembuat batubata.
Pemuda – pemudi merupakan penggerak segala kegiatan yang membangun desa. Meski masih harus diayomi para sesepuh, pemuda – pemudi tidak henti menyelesaikan masalah di desa Banyumas Asri. Contoh masalah di desa ini antara lain : kurangnya gorong –gorong dan saluran irigasi, jalan desa yang masih rusak, serta kurangnya keamanan ternak dan kendaraan bermotor. Kegiatan siskamling yang seharusnya dilakukan pemuda saat malam hari menjadi kurang aktif karena kesibukan pemuda dengan kegiatan lembaga sosial lainnya seperti kegiatan dari karang taruna. Lembaga sosial karang taruna memang salah satu lembaga sosial yang aktif dan berguna untuk :
o Membantuwarga yang sedang hajatan
o Melakukan kegiatan olahraga satu kali seminggu
o Membantu pembangunan desa
Di desa Banyumas Asri, warga masih memegang adat jawa dalam pesta rakyat seperti pernikahan dan khitanan. Pada hari besar pun, desa ini tidak luput dengan pengajian, seperti pada hari Nulul Qur’an, Isra Mi’raj, dan malam 1 syuro. Dalam hal pemilihan kepala desa, desa Banyumas asri melakukan pilkada setiap 5 tahun sekali. Pemilihan itu dilakukan secara pemilu. Karena tidak sedikit anak desa yang tamatan sarjana, maka bentuan pemerintah yang kurang dapat tertutupi oleh bantuan mereka yang sudah bekerja.
Pemerintah daerah dulu memang aktif memberikan pupuk bersubsidi, namun sejak bulan maret 2012 bantuan tersebut dihentikan akibat keadaan desa yang sulit dijangkau karena jalan rusak. Dalam hal pembangunan masjid, bantuan yang diharapkan dari pemerintah akan diberikan setelah pembangunan masjid selesai. Oleh sebab itu, sumbangan dari masyarakat desalah yang membantu percepatan pembangunan tersebut. Sehingga, jika selesai uang yang diberikan pemerintah sebagai ganti rugi warga.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Desa Banyumas Asri adalah salah satu desa pemekaran dari desa Sumber Asri
2. Desa Banyumas Asri memegang adat jawa pada setiap pesta rakyat seperti pernikahan
3. Karang taruna merupaan lembaga sosial paling aktif di desa Banyumas Asri
4. Kegiatan gotong royong dilakukan setiap minggu untuk pembersihan desa
5. Peran pemuda – pemudi sangat berpengaruh terhadap pembangunandesa
B. Saran
Menurut saya paraktek lapangan harus sering dilakukan agar mahasiswa tidak jenuh dengan teori yang diberikan dalam ruangan. Namu, penjagaan yang tidak longgar saat praktek dilapangan perlu ditingkatkan lagi supaya tidak terjadi hal yang tidak diinginkan dalam paraktek lapangan tersebut.
Welcome in my blog
Selasa, 26 Juni 2012
Sabtu, 02 Juni 2012
APLIKASI METODE KLIMOGRAM UNTUK BUDIDAYA BUAH MANGGA PADA DI DESA SUSUKAN, JAWA BARAT
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Untuk memahami klimatologi
diperlukan pemahaman tentang yaitu atmosfer, cuaca, iklim, mekanisme
terbentuknya iklim
Salah satu untuk pemahaman bagaimana untuk mengaplikasikan klimograf ini
perlu pemahaman tentang iklim, karena iklim merupakan sebagai komponen
lingkungan yang menyediakan sumber cahaya PAR untuk proses fotosintesis,
sebagai penyedia CO2, O2, dan air, mempengaruhi kondisi fisika tanah tersebut,
dan dapat menyediakan unsur hara yang diperlukan, dan dapat sebagai tempat
perkembangan populasi hama dan penyakit tanaman itu sendiri Iklim sangat
berkaitan dengan suhu, karena suhu sangat berpengaruh terhadap adaptasi
tanaman, proses fotosintesis, dan proses respirasi serta kecepatan tumbuh
tanaman.
Sedangkan manfaat klimatologi pertanian
yaitu sebagai berikut :
- Seleksi kultivar/spesies/ras ternak yang adaptif di suatu tempat sehingga potensial untuk dibudidayakan.
- Memilih lokasi yang kondisi iklimnya sesuai untuk pengembangan suatu kultivar/spesies/ras ternak yang harus diintroduksikan.
- Memyngkinkan pengembangan tekhnologi untuk memodifikasikan iklim untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi pertanian.
- Pengaturan pola tanam dan penyerasian antara iklim dengan aktivitas budidaya pertanian.
Hubungan iklim dengan tanah
dapat dilihat dari proses pemupukan tanah dalam jangka panjang oleh iklim/cuaca
akan menentukan sifat fisika, kimia, dan biologi tanah itu sendiri, selain itu
struktur dan tekstur tanah, kapasitas menahan hara, air, dan hara itu sendiri
didalam tanah.
Sedangkan hubungan iklim dengan tanaman yaitu dapat menentukan
secara aktual tingkat kualitas dan kuantitas produksi tanaman, sehingga dapat
menentukan kapasitas atau produktivitas tanaman dalam jangka yang penjang.Sehingga
ini dapat dilihat dari pembatas pertumbuhan tanaman terhadap hubungannya dengan
iklim yaitu curah hujan dan suhu itu sendiri.
Suhu dan curah hujan digunakan untuk menentukan growing season. Maka dari itu, bagaimana
cara mengintroduksi tanaman kedaerah lain yang berbeda klasifikasi iklimnya
yang termasuk curah hujan dan suhu yang sangat menunjukan keanekaragaman yang
jelas maka digunakanlah Metode Klimogram.
Ada
beberapa pertimbangan yang perlu diperhatikan sebelum menggunakan metode
klimogram jika dilihat dari usahatani yaitu :
- Pemilihan tanaman mempertimbangkan kondisi iklim,terutama untuk tanaman tahunan perlu pertimbangan rasional.
- Tanaman semusim disesuaikan dengan ketersediaan kondisi curah hujan (neraca air) dan suhu (di subtropis).
- Tekhnologi budidaya dan mesin pertanian yang diterpakan
- Pemilihan tanaman untk diintroduksikan disuatu wilayah berdasarkan kesesuaian adaptasi tanaman tersebut tanaman iklim atau cuaca
- Pemilihan wilayah yang mempunyai iklim sesuai untuk kebutuhan tanaman
Daerah yang mempunyai kondisi
iklim yang cocok untuk suatu tumbuhan sehingga memungkinkan varietas tumbuhan
tersebut tumbuh dan berkembang dan melangsungkan regenerasi serta terjamin
kelestarian plasma nutfah.
B. Tujuan
Tujuan
dari tugas praktikum ini yaitu untuk mengetahui suatu wilayah yang sebagai
sentra produksi tanaman mangga di tiga wilayah yaitu Indramayu, Situbondo,
Pasuruan, apakah dapat di intoduksikan dan cocok di wilayah Susukan, kabupaten Kuningan, Jawa Barat, dengan menggunakan pengaplikasian
Metode Klimogram.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Sistematika
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermathophyta
Class : Monocotyledonae
Ordo : Anacardiaceales
Family : Anacardiaceae
Genus : Mangifera
Spesies : Mangifera
indica L.
B. Botani
Buah mengga merupakan buah batu (Drupa). Buah
ini mempunyai kulit buah yang terdiri dari atas 3 lapisan kulit yaitu :
- Kulit luar (exocarpium) : tipis manjangat, biasanya licin dan mengkilap.
- Kulit tengah (mesocarpium) : tebal berdaging dan dapat dimakan.
- Kulit dalam (endocarpium) : cukup tebal, keras dan berkayu.
Lapisan ini amat kuat dan amat keras seperti batu, karena adanya lapisan
inilah buah disebut buah batu. Tanaman membutuhkan kondisi iklim yang cocok
(optimum) untuk tumbuh dan berkembang sehingga menghasilkan produksi yang
diharapkan. Ada banyak cara untuk menguji atau mencari kesesuaian tanaman dan
iklim, diantaranya dengan mengumpulkan data tentang kebutuhan fisiologi tanaman
terhadap berbagai faktor lingkungan iklim.
Analisis kesesuaian lainnya adalah dengan
menggunakan analogi klimogram dari data empiris. Dasar analisisnya adalah
dengan mencari data iklim dari daerah pusat produksi tanaman yang akan
dikembangkan. Terutama data iklim yang merupakan faktor pengendali utama bagi
pertumbuhan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Daerah
sentra produksi mangga di pulau Jawa,
Bulan
|
Indramayu
|
Situbondo
|
Pasuruan
|
|||
CH (mm)
|
T(C)
|
CH (mm)
|
T(C)
|
CH(mm)
|
T(C)
|
|
Januari
|
337
|
26,1
|
348
|
27,1
|
370
|
26,7
|
Februari
|
325
|
27,1
|
305
|
27,3
|
348
|
28,0
|
Maret
|
238
|
26,8
|
266
|
27,8
|
333
|
27,3
|
April
|
171
|
27,7
|
117
|
27,8
|
204
|
28,0
|
Mei
|
119
|
28,2
|
95
|
28.0
|
153
|
27,8
|
Juni
|
22
|
27,7
|
45
|
28,0
|
70
|
27,1
|
Juli
|
57
|
28,0
|
34
|
27.8
|
52
|
26,8
|
Agustus
|
38
|
28,2
|
18
|
27,7
|
28
|
27,6
|
September
|
56
|
29,0
|
17
|
28,1
|
27
|
27,9
|
Oktober
|
99
|
29,2
|
47
|
29,1
|
71
|
28,2
|
November
|
176
|
28,4
|
120
|
29,8
|
167
|
28,0
|
Desember
|
239
|
28.3
|
240
|
28,4
|
285
|
27,8
|
tahunan
|
1937
|
27,9
|
1652
|
28,0
|
2108
|
27,6
|
Berikut grafik dari ketiga daerah sentra mangga :
Sumber: Badan Meteorologi dan Geofisika, Propinsi
Jawa Barat
- Daerah yang diintrodusikan yaitu di desa Susukan, Kab. Kuningan Jawa Barat pada tahun 2009 :
Tabel 1.1
Bulan
|
Susukan
|
|
Curah Hujan (mm)
|
Suhu (0C)
|
|
Januari
|
297
|
26
|
Februari
|
386
|
26,2
|
Maret
|
334
|
26,8
|
April
|
221
|
27,4
|
Mei
|
172
|
27,5
|
Juni
|
90
|
26,1
|
Juli
|
65
|
26,3
|
Agustus
|
43
|
27,4
|
September
|
58
|
28,9
|
Oktober
|
140
|
29,3
|
November
|
222
|
27,4
|
Desember
|
356
|
27,6
|
Jika
dilihat dari pembatas pertumbuhan yaitu curah hujan dan suhu di tiga daerah
sentra produksi mangga yaitu Indramayu, Situbondo, dan Pasuruan,
diintroduksikan ke daerah Susukan, kabupaten Kuningan, Jawa Barat mangga dapat diproduksikan di daerah susukan ini. Dikarenakan bentuk grafik antara ketiga
daerah sentra produksi mangga dengan daerah susukan hampir sama, maka artinya produksi mangga dapat dibudidayakan di
daerah Susukan juga.
Untuk menentukan
klasifikasi iklim pada desa Susukan, dapat dilihat dengan data curah hujan pada
tabel 1.1. dari tabel, kita dpat menentukan bulan kering dan bulan basah. Bulan
kering terjadi pada bulan agustus dan september. Sedangkan, bulan basah terjadi
pada bulan oktober-november.
Dengan rata-rata nilai :
Q = BK/BB
x 100%
Q =
50,5/266 x 100%
Q = 18,98
Tabel 1.2
Tipe Iklim
|
Nilai Q (%)
|
Keadaan Iklim dan Vegetasi
|
A
|
< 14,3
|
Daerah sangat basah, hutan hujan tropika
|
B
|
14,3 – 33,3
|
Daerah basah, hutan hujan tropika
|
C
|
33,3 – 60,0
|
Daerah agak basah, hutan rimba, daun gugur pada musim kemarau
|
D
|
60,0 – 100,0
|
Daerah sedang, hutan musim
|
E
|
100,0 – 167,0
|
Daerah agak kering, hutan sabana
|
F
|
167,0 – 300,0
|
Daerah kering, hutan sabana
|
G
|
300,0 – 700,0
|
Daerah sangat kering, padang ilalang
|
H
|
> 700,0
|
Daerah ekstrim kering, padang ilalang
|
Sesuai
dengan hasil dari Q, maka keadaan iklim di desa Susukan, Kab. Kemuning Jawa
Barat yaitu pada tipe iklim B. Tipe iklim B merupakan daerah basah untuk hutan
hujan tropika.
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat ditarik dari pengaplikasian
metode klimogram yaitu:
- Tanaman mangga dapat dibudidayakan di daerah Susukan, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat
- Daerah Susukan merupakan daerah basah hutan hujan tropik
- Dalam metode klimogram pembatas pertumbuhan yang digunakan yaitu curah hujan dan suhu yang digunakan
- Curah hujan dan suhu merupakan unsur-unsur iklim yang paling besar pengaruhnya terhadap kualitas dan kuantitas produksi tanaman
- Klimogram dapat digunakan dalam skala titik/daerah ataupun dalam skala wilayah
DAFTAR PUSTAKA
Sofia, Diana. 2007. Respon Pertumbuhan dan
Produksi Mangga dengan Mutagen Kolkhisin. Karya Tulis Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara : Medan.
Byrd Graf,
Alfred, 1992, Tropica, Roehrs Company, East
Ruthetford
Campbell, Neil a., 2000, Biologi, Edisi
kelima, jilid 1, 196-197, Erlangga, Jakarta
Time-Life for
Children, 2002, Dunia Tumbuhan, P.T. Tira Pustaka, Jakarta
Tjitrosoepomo, G., 2005, Morfologi Tumbuhan, 235, Gadjah Mada University
Press,
Yogyakarta
Langganan:
Postingan (Atom)